BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Di
Indonesia, harga sembako yang semakin melambung membuat banyak keluarga
kalangan ekonomi menengah kebawah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jangankan berhura-hura untuk makan saja mereka merasa kesulitan. Hal inilah
yang membuat banyak ibu rumah tangga tidak mampu membeli minyak goreng yang
lebih berkualitas. Sehingga mereka menggunakan minyak jelantah (bekas).
Namun ironisnya, banyak
oknum jahat yang menggunakan keadaan ini sebagai kesempatan untuk meraup untung
sebanyak – banyaknya dengan menyulap minyak jelantah yang kehitaman menjadi
minyak yang sedap dipandang seperti minyak kemasan pada umumnya menggunakan zat
kimia yang berbahaya. Lalu dijual dengan
harga yang sangat murah. Padahal seperti yang kita tahu, minyak jelantah
sendiri sudah banyak mengandung banyak asam lemak trans, asam lemak tak jenuh
dan alfatoksin yang dapat mengganggu fungsi hati dan zat kasinogen lainnya.
Sudah dapat dipastikan mengkonsumsi minyak seperti ini dapat mendatangkan
berbagai macam penyakit berbahaya stadium tingkat tinggi seperti kolesterol,
jantung koroner, hingga jangka panjang yaitu kematian.
Oleh karena itu, kami kelompok karya ilmiah akan membuat penjernihan
minyak jelantah secara alami yaitu dengan menggunakan arang kayu. Arang kayu
adalah hasil pengolahan sampah kayu yang dibakar dan kemudian dikeringkan mengandung
salah satu jenis karbon dan zat-zat yang lain yang dapat membunuh toksin (alfatoksin)
dan senyawa karsinogenik yang ada pada minyak jelantah. Arang kayu mampu
mengikat senyawa karsinogenik dan alfatoksin .Sehingga minyak jelantah dapat
digunakan dengan aman. Selain itu, kami juga akan membuat pemanfaatan minyak
jelantah yang telah dijernihkan menjadi sabun cuci piring.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
·
Apakah minyak jelantah bisa dijernihkan
menggunakan arang kayu?
·
Apakah setelah dijernihkan minyak jelantah
dapat digunakan secara aman?
·
Bagaimana cara penggunaan atau pemanfaatan
minyak jelantah selain di gunakan kembali?
·
Bagaimana cara membuat sabun cuci piring dari
minyak jelantah yang telah di jernihkan?
1.3.
TUJUAN
PENELITIAN
·
Untuk mengetahui aman atau tidaknya minyak
jelantah setelah di jernihkan.
·
Untuk mengetahui pemanfaatan minyak jelantah
yang telah dijernihkan selain digunakan kembali.
·
Untuk mengetahui cara pembuatan sabun cuci
piring dari minyak jelantah yang telah dijernihkan.
1.4.
MANFAAT
PENELITIAN
·
Bagi peneliti dapat menambah wawasan baru
tentang cara pembuatan sabun dan lotion anti nyamuk.
·
Bagi khalayak umum dapat menjadi sebuah
pilihan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah rumah tangga
yaitu minyak jelantah.
1.5.
BATASAN
MASALAH
·
Metode pengumpulan data
Metode
penelitian data yang kami lakukan hanya sebatas data yang diperoleh dari dua
perlakuan berbeda terhadap piring kotor
·
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam
penelitian ini hanya sebatas daerah Bojonegoro
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Minyak
Goreng
2.1.1.
Pengertian
Minyak Goreng
Minyak
goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cairan dalam
suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan (Wikipedia,
2009). Minyak goring berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambahan nilai kalori bahan pangan.
2.1.2.
Jenis-Jenis
Minyak Goreng
Minyak
goreng dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan (Ketaren, 2005) yaitu
:
2.1.2.1. Berdasarkan
sifat fisiknya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Minyak
tidak mongering (non drying oil)
a. Tipe
minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach dan minyak
kacang.
b. Tipe
minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji mustard
c. Tipe
minyak hewani, yaitu minyak babi, minyak ikan paus, salmon, sarden, menhaden
jap, herring, shark, dog, fish, ikan lumba-lumba, dan minyak purpoise.
2. Minyak
nabati setengah mongering (semi drying oil), minyak biji kapas, minyak biji
bunga matahari, kapok, gandum, croton, jagung, dan urgen
3. Minyak
nabati mongering (drying oil), misalnya minyak kacang kedelai, biji karet,
safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji karet, pirilla, tung,
linseed dan candle nut.
2.1.2.2. Berdasarkan
sumber dari tanaman. Diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Biji-biji
palawiji, yaitu minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kedelai,
dan bunga matahari.
b. Kulit
buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian
dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit, cohume.
2.1.2.3. Berdasarkan
ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekunya, yakni :
a. Minyak
dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
Asam lemak jenuh antara lain terdapat
pada air susu ibu (asam laurat) dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak
mudah berkreasi/berubah menjadi asam lemak jenis lain.
b. Minyak
dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acids/MUFA) maupun
majemuk (poly-unsaturated fatty acids)
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan
atom karbon rangkap yang mudah terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai
mendapatkan komposisi yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak
jumlah ikatan rangkap itu (polli-unsaturated), semakin mudah bereaksi/berubah
minyak tersebut.
c. Minyak
dengan asam lemak trans (trans fatty acid)
Asam lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan,
margarin, mentega, minyak terhidrogenesis, dan terbentuk dari proses
penggorengan. Lemak trans meningkatkan
kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, dan menyebabkan
bayi-bayi lahir premature.
2.1.3.
Sifat-sifat
Minyak Goreng
Sifat-sifat
minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan sifat kimia (Ketaren, 2005), yakni:
2.1.3.1. Sifat
Fisik
1. Warna
Terdiri dari 2 golongan, golongan
pertama yaitu zat warna alamiah, yaitu secara ilmiah terdapat dalam bahan yang
mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat
warna tersebut antara lain
dan β karoten (warna kuning), xantofil (warna
kuning kecoklatan), klorofil (warna kehijauan) dan antosyanin (warna
kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zar warna
alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol
(vitamin E), warna cokelat disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang
telah busuk atau rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tak jenuh.
2. Odor
dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.
3. Kelarutan,
minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor olil), dan sedikit
larut dalam alcohol, etil, eter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen.
4. Titik
cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai
temperature tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih dari
satu bentuk Kristal.
5. Titik
didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan bertambah
panjanganya rantai karbon asam lemak tersebut.
6. Titik
lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak tersebut.
7. Sliping
point, digunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran
komponen-komponennya.
8. Shot
melting point, yaitu temperature pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
atau lemak.
9. Bobot
jenis, biayasanya ditentukan pada temperature 250C, dan juga perlu
dilakukan pengukuran pada temperature 400C.
10. Titik
asap, titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak dipanaskan.
Merupakan kriteria mutu yang penting dalam hubungannya dengan minyak yang akan
digunakan untuk menggoreng.
11. Titik
kekeruhan (turbidity point), ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
minyak dengan pelarut lemak.
2.1.3.2. Sifat
Kimia
1. Hidrolisa,
dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak
terjadi karena terdapat sejumlahnya air dalam minyak tersebut.
2. Oksidasi,
proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.
3. Hidrogenesi,
proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai
karbon asam lemak dan minyak.
4. Esterifikasi,
proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai
pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan
rantai panjang yang bersifat tidak menguap.
2.1.4.
Mutu
Minyak Goreng
Tabel.
2.1 Syarat Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI
|
SATUAN
|
SYARAT
|
Keadaan bau, warna dan rasa
|
-
|
Normal
|
Air
|
% b/b
|
Maks 0.30
|
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)
|
% b/b
|
Maks 0.30
|
Bahan Makanan Tambahan
|
Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88
|
|
Cemaran Logam :
-
Besi
(Fe)
-
Tembaga
(Cu)
-
Raksa
(Hg)
-
Timbal
(Pb)
-
Timah
(Sn)
-
Seng
(Zn)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 40.0
Maks 0.005
Maks 40.0/250.0)*
|
Arsen (As)
|
% b/b
|
Maks 0.1
|
Angka Peroksida
|
% mg 02/gr
|
Maks 1
|
Sumber : Departemen Perindustrian (SNI
01-3741-1995)
*) Dalam kemasan kaleng
2.1.5.
Komposisi
Minyak Goreng
Semua
minyak tersusun atas unit-unit asam lemak. Jumlah asam lemak alami yang telah
diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada satupun minyak
atau lemak tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk
campuran dari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-asam lemak
tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat atau
membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau mudah tengik.
Tabel
2.2. Komposisi Beberapa Asam Lemak dalam Tiga Minyak Nabati
Asam Lemak
|
Jumlah
Atom C
|
Minyak Sawit (%)
|
Minyak Inti Sawit
|
Minyak Kelapa (%)
|
Asam
Lemak Jenuh
|
||||
Oktanoat
|
8
|
-
|
2-4
|
8
|
Dekanoat
|
10
|
-
|
3-7
|
7
|
Laurat
|
12
|
1
|
41-55
|
48
|
Miristat
|
14
|
1-2
|
14-19
|
17
|
Palmitat
|
16
|
32-47
|
6-10
|
9
|
Stearat
|
18
|
4-10
|
1-4
|
2
|
Asam
Lemak Tidak Jenuh
|
||||
Oleat
|
18
|
38-50
|
10-20
|
6
|
Linoleat
|
18
|
5-14
|
1-5
|
3
|
Linilemat
|
18
|
1
|
1-5
|
-
|
Sumber : Majalah Sasaran No. 4, 1996
2.1.6.
Faktor-Faktor
Pemanasan yang Dapat Menyebabkan Kerusakan Minyak
1. Lamanya
minyak kontak dengan panas
2. Suhu
3. Akselerator
Oksidasi
1.2.
Minyak
Goreng Berulang Kali
1.2.1. Pengertian Minyak Goreng Berulang Kali
Minyak
goreng berulang kali atau lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak
limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya, minyak ini merupakan minyak
bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk
keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan. (Wikipedia, 2009)
Dan
bila dilihat dari segi bahaya penggunaannya, menurut penelitian yang dilakukan
oleh Artika tahun 2009 menyebutkan bahwa minyak goreng berulang kali supaya
tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
kandungan asam lemak trans yang mulai mengalami peningkatan pada saat
penggunaan yang kedua.
1.2.2. Akibat Penggunaan Minyak Goreng
Berulang-kali
Menurut
Ketaren (2005), tanda awal dari
kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng.
Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi
makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali. Akrolein
terbentik dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein.
Skema proses terbentuknya akrolein :
H H
H C OH C O
H C OH C O +
H2O
H C OH H C
H H
Minyak
Goreng Akrolein Air
(Gliserol)
Minyak
goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren, 2005). Maka minyak
goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami
penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastic, dan bila
disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi
karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya
ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemah
jenuh. Selain itu, minyak goreng ini
juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun
aflatoksin yang dapat menyebabkan
penyakit pada hati (Aprilio, 2010).
Akibat
dari penggunaan minyak goreng yang berulang kali dapat dijelaskan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2007) tentang regenerasi minyak goreng
bekas dengan arang sekam menekan kerusakan organ tubuh. Hasil penelitian pada
tikus wistar yang diberi pakan mengandung minyak goreng bekas yang sudah tidak
layak pakai terjadi kerusakan pada sel hepar (liver), jantung, pembuluh darah
maupun ginjal.
Penggunaan
minyak goreng jelantah secara berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan
tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemanasan akan terjadi proses
degradasi, oksidasi dan dehedrasi dari minyak goreng. Proses tersebut terdapat
dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. (Rukmini,
2007)
Menurut
Ketaren yang dikutip dari Ayu (2009) tingginya kandungan asam lemak tak jenuh
menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan
secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen
dari udara dari luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak.
Hal
ini juga di perjelas memalui penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) tentang
pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan
asam lemak trans. Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses
menggoreng (deep frying) setelah
penggulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan
penggunaan minyak.
Menurut
Ayu (2007) asam lemak trans dapat meningkatkan kolesterol low density
lipoprotein (K-LDL) dan menurunkan kolesterol high density lipoprotein (K-HDL),
akibatnya akan menyebabkan displidemia dan arterosklerosis yang ditandai dengan
adanya timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah. Timbunan lemak ini akan
menyumbat aliran darah pada beberapa
bagian tubuh seperti jantung dan otak. Bila penyumbatan terjai dijantung akan
menyebabkan jantung koroner dan bila penyumbatan terjadi di otak akan
menyebabkan stroke.
1.3.
Arang
Kayu
Arang adalah residu
hitam berisi karbon
tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil
dari hewan
atau tumbuhan.
Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang,
dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu
bara
ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu
atau benda kimia lainnya.
Arang
kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu paling banyak
digunakan untuk pekerluan memasak seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sedangkan
penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih air, penggunaan
dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi. Bahan kayu yang digunakan untuk
dibuat arang kayu adalah kayu yang masih sehat, dalam hal ini kayu belun
membusuk. Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan
pada saat berkemah. Di
beberapa negara Afrika,
arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak
sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki
risiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon
monoksida yang dihasilkan. Sebelum Revolusi
Industri, arang digunakan sebagai bahan
bakar industri metalurgi. Arang
juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.
Arang atau kayu
dibakar di dalam generator gas kayu
untuk menggerakan mobil dan
bus. Di
Perancis
pada saat Perang Dunia II,
produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton
sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943.
1.4. Sabun
Sabun adalah surfaktan
yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan
tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair
juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan
pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi
mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen
sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun
merupakan campuran garam natrium
atau kalium
dari asam
lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan
direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida)
pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan
sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang
dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang
kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak
zaitun.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan mulai tanggal 24 Januari – 05 Maret 2013.
3.2.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di rumah kami Jl.Pande Besi no.91 Ds. Kedaton, Bojonegoro
3.3.
Metode Penelitian
3.3.1.
Jenis Penelitian : Penelitian
Eksperimen
3.3.2.
Alat dan Bahan
1. Alat
:
1) Sendok
plastik
2) Botol
plastik
3) Panci
4) Kompor
kecil
2. Bahan
:
1) Jelantah
: ± 100 ml
2) Arang
Kayu : ± 1 gr
3) Soda
Api : ± 5 gr
4) Air : ± 100 ml
3.3.3.
Prosedur Penelitian
1. Uji
coba penjernihan minyak jelantah dengan arang kayu
1) Menaruh
jelantah kedalam botol
2) Menghancurkan
arang kayu menjadi butiran halus dengan kayu atau palu
3) Memasukkan
butiran halus arang kayu ke dalam botol
4) Kemudian
botol di kocok-kocok dan didiamkan selama ± 5 menit
5) Saring
dengan kain bersih
2. Uji
coba pembuatan sabun cuci piring
1) Memanaskan
± 100 ml minyak jelantah yang telah di jernihkan
2) Membuat
larutan soda api dalam air dengan melarutkan ± 5 gram soda api dalam ± 100 ml
air
3) Menuangkan
larutan soda api dalam minyak panas sambil diaduk
4) Setelah
beberapa saat akan terbentuk gumpalan sabun
5) Ambil
gumpalan tersebut sedikit, lalu kocok-kocok dengan air
3. Uji
coba sabun cuci piring biasa terhadap piring kotor
1) Siapkan
piring kotor
2) Cuci
piring kotor dengan sabun cuci piring biasa
3) Bilas
dengan air bersih
4) Keringkan
piring dan amati piringnya
4. Uji
coba sabun minyak jelantah terhadap piring kotor
1) Siapkan
piring kotor
2) Cuci
piring kotor dengan sabun cuci piring biasa
3) Bilas
dengan air bersih
4) Keringkan
piring dan amati piringnya
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk
mengetahui efektif atau tidaknya penjernihan minyak jelantah dengan menggunakan
arang kayu, kami melakukan pengujian pada tanggal 25 Maret 2013. Kami melakukan
perbandingan secara fisik antara minyak goreng yang baru dengan minyak goreng
bekas penggorengan atau minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan
arang kayu. Berikut gambarnya:
Gambar 1.1 merupakan gambar minyak goreng yang baru
Gambar
1.2 merupakan gambar minyak bekas penggorengan atau miyak jelantah.
Gambar 1.3 merupakan gambar minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu
Dari gambar-gambar hasil
penelitian kami, menyatakan bahwa penjernihan minyak jelantah menggunakan arang
kayu sangat efektif dan efisien. Hal ini diebabkan karena arang kayu mengandung
salah satu senyawa karbon yang dapat membunuh alfatoksin, zat karsinogenik
dalam minyak jelantah. Senyawa karbon yang ada pada arang kayu mampu mengikat
senyawa karsinogenik dan alfatoksin pada minyak jelantah dan mampu
menghilangkan warna hitam pada minyak jelantah. Selain itu, arang kayu juga
bisa digunakan untuk penjernihan air.
Minyak
jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu bisa digunakan lagi
karena senyawa karinogenik dan alfatoksin yang ada pada minyak jelantah sudah
diikat oleh arang kayu. Tetapi alangkah baiknya jika minyak tersebut
dimanfaatkan untuk kebutuhan lain selain digunakan kembali karena alasan
kesehatan yang lain. Lebih baik minyak jelantah tersebut digunakan untuk
membuat sabun cuci piring.
Minyak
jelantah yang sudah dijernihkan selain dapat digunakan kembali juga dapat
digunakan untuk membuat sabun cuci piring. Bahan utama dari pembuatan sabun adalah
minyak kelapa dan minyak goreng sawit. Kami akan membuat pengujian yang baru
dengan membuat sabun cuci piring dengan berbahan dasar minyak jelantah yang
sudah dijernihkan.
Kami
melakukan pembuatan sabun cuci piring pada tanggal 5 April 2013. Dengan
menggunakan soda api yang dicampurkan dengan minyak jelantah yang sudah
dijernihkan menggunakan arang kayu dan dipanaskan diatas api yang kcil kemudian
ditunggu beberapa saat dan akan membentuk gumpalan-gumpalan. Kemudian kami
siram menggunakan air secara pelan-pelan. Dan kami berhasil membuat sabun cuci
piring dari minyak jelantah yang sudah dijernihkan
Untuk
menguji keefektifan sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah
dijernihkan. Kami melakukan perbandingan antara sabun cuci piring biasa dan
sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah di jernihkan.
1.
Kelompok I : Sabun cuci piring biasa
Sabun
cuci piring dilarutkan dalam air, larutan sabun digunakan untuk membersihkan
piring yang kotor
Sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah dijernihkan dilarutkan dalam air, larutan sabun tersebut digunakan untuk mencuci piring yang kotor.
4.2.
Analisis
Hasil Penelitian
Dari
hasil penelitian dan pengamatan kami, minyak jelantah dapat dijernihkan
menggunakan arang kayu. Selain dapat digunakan kembali minyak jelantah juga
dapat digunakan untuk membuat sabun cuci piring secara efektif dan efisien.
Berikut data-data nilai sabun cuci piring secara ekonomis.
a. Sabun
cuci piring biasa harga : Rp. 6500,00
(per liter)
@
±100ml :
Rp. 650,00
b. Sabun
minyak jelantah
1. Minyak
Jelantah ±100 ml : Rp. 100,00
2. Arang
Kayu ±1 gram : Rp. 50,00
3. Soda
Api ±5 gram : Rp. 75,00
4. Bahan
Bakar Kompor ±1 ml : Rp. 15,00
+
Jumlah Total : Rp. 340,00
Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa harga sabun minyak jelantah lebih murah dari pada harga sabun
cuci biasa. Hal tersebut membuktikan bahwa sabun minyak jelantah lebih efektif
dan efisien baik di lihat dari segi pembuatannya maupun segi ekonomisnya. Hasil
pencucian piring kotor menggunakan sabun minyak jelantah juga tidak kalah
bersih dari sabun cuci biasa.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Minyak jelantah
mengandung senyawa karsinogenik dan alfatoksin yang dapat meyebabkan kanker.
Selain itu minyak jelantah juga mengandung asam lemak jenuh yang dapat
menyebabkan jantung koroner. Minyak jelantah dapat dijernihkan menggunakan
arang kayu. Karena arang kayu mengandung senyawa karbon yang dapat mengikat
senyawa karsinogenik, alfatoksin, serta zat-zat lain yang berbahaya dapat
merusak tubuh manusia.
Minyak jelantah yang
sudah dijernihkan dapat digunakan kembali, selain itu juga bisa digunakan untuk membuat sabun cuci
piring. Harga sabun cuci piring minyak jelantah dengan sabun cuci piring biasa
lebih ekonomis karena juga bisa dibuat sendiri oleh masyarakat.
5.2 Saran
·
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan atau
ekonominya menengah kebawah. Bisa menjernihkan minyak jelantah menggunakan
arang kayu. Agar pengeluaran untuk membeli minyak dapat ditekan dan juga bisa
hidup sehat.
·
Sebaiknya masyarakat yang mempunyai kesadaran
akan minyak jelantah bisa mengolah kembali minyak jelantah yang sudah tidak
dipakai lagi contohnya menjadi sabun cuci piring. Agar sampah akan minyak
jelantah tidak menumpuk dan tidak mengotori lingkungan
DAFTAR
PUSTAKA
Permanasari, Anna dan Bibin Rubini (2008). Kimia Dalam Kehidupan Kita. Penerbit:
CV. IPA Abong, Jakarta
Terima kasih atas post-nya, sangat membantu saya dalam karya ilmiah di sekolah saya.. saya ijin menggunakan karya ilmiah anda sebagai referensi saya.
BalasHapusTeori-teorinya saya pakai ya kakk
BalasHapusbisa gak arang kayu untuk jernihkan minyak dari bahan mineral
BalasHapus