Sabtu, 01 Februari 2014

Karya Tulis Ilmiah



BAB I

PENDAHULUAN
1.1.         LATAR BELAKANG
            Di Indonesia, harga sembako yang semakin melambung membuat banyak keluarga kalangan ekonomi menengah kebawah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangankan berhura-hura untuk makan saja mereka merasa kesulitan. Hal inilah yang membuat banyak ibu rumah tangga tidak mampu membeli minyak goreng yang lebih berkualitas. Sehingga mereka menggunakan minyak jelantah (bekas).
Namun ironisnya, banyak oknum jahat yang menggunakan keadaan ini sebagai kesempatan untuk meraup untung sebanyak – banyaknya dengan menyulap minyak jelantah yang kehitaman menjadi minyak yang sedap dipandang seperti minyak kemasan pada umumnya menggunakan zat kimia yang berbahaya.  Lalu dijual dengan harga yang sangat murah. Padahal seperti yang kita tahu, minyak jelantah sendiri sudah banyak mengandung banyak asam lemak trans, asam lemak tak jenuh dan alfatoksin yang dapat mengganggu fungsi hati dan zat kasinogen lainnya. Sudah dapat dipastikan mengkonsumsi minyak seperti ini dapat mendatangkan berbagai macam penyakit berbahaya stadium tingkat tinggi seperti kolesterol, jantung koroner, hingga jangka panjang yaitu kematian.
           Oleh karena itu, kami kelompok karya ilmiah akan membuat penjernihan minyak jelantah secara alami yaitu dengan menggunakan arang kayu. Arang kayu adalah hasil pengolahan sampah kayu yang dibakar dan kemudian dikeringkan mengandung salah satu jenis karbon dan zat-zat yang lain yang dapat membunuh toksin (alfatoksin) dan senyawa karsinogenik yang ada pada minyak jelantah. Arang kayu mampu mengikat senyawa karsinogenik dan alfatoksin .Sehingga minyak jelantah dapat digunakan dengan aman. Selain itu, kami juga akan membuat pemanfaatan minyak jelantah yang telah dijernihkan menjadi sabun cuci piring.

1.2.        RUMUSAN MASALAH
·         Apakah minyak jelantah bisa dijernihkan menggunakan arang kayu?
·         Apakah setelah dijernihkan minyak jelantah dapat digunakan secara aman?
·         Bagaimana cara penggunaan atau pemanfaatan minyak jelantah selain di gunakan kembali?
·         Bagaimana cara membuat sabun cuci piring dari minyak jelantah yang telah di jernihkan?

1.3.        TUJUAN PENELITIAN
·         Untuk mengetahui aman atau tidaknya minyak jelantah setelah di jernihkan.
·         Untuk mengetahui pemanfaatan minyak jelantah yang telah dijernihkan selain digunakan kembali.
·         Untuk mengetahui cara pembuatan sabun cuci piring dari minyak jelantah yang telah dijernihkan.

1.4.        MANFAAT PENELITIAN
·         Bagi peneliti dapat menambah wawasan baru tentang cara pembuatan sabun dan lotion anti nyamuk.
·         Bagi khalayak umum dapat menjadi sebuah pilihan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah rumah tangga yaitu minyak jelantah.

1.5.        BATASAN MASALAH
·         Metode pengumpulan data
Metode penelitian data yang kami lakukan hanya sebatas data yang diperoleh dari dua perlakuan berbeda terhadap piring kotor
·         Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya sebatas daerah Bojonegoro


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1         Minyak Goreng
2.1.1.    Pengertian Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk  cairan dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak goring berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambahan nilai kalori bahan pangan.

2.1.2.    Jenis-Jenis Minyak Goreng
Minyak goreng dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan (Ketaren, 2005) yaitu :
2.1.2.1.  Berdasarkan sifat fisiknya, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.  Minyak tidak mongering (non drying oil)
a.  Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach dan minyak kacang.
b.  Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji mustard
c.   Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi, minyak ikan paus, salmon, sarden, menhaden jap, herring, shark, dog, fish, ikan lumba-lumba, dan minyak purpoise.
2.  Minyak nabati setengah mongering (semi drying oil), minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, kapok, gandum, croton, jagung, dan urgen
3.  Minyak nabati mongering (drying oil), misalnya minyak kacang kedelai, biji karet, safflower, argemone, hemp, walnut, biji poppy, biji karet, pirilla, tung, linseed dan candle nut.
2.1.2.2.  Berdasarkan sumber dari tanaman. Diklasifikasikan sebagai berikut :
a.    Biji-biji palawiji, yaitu minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kedelai, dan bunga matahari.
b.    Kulit buah tanaman tahunan, yaitu minyak zaitun dan kelapa sawit.
c.    Biji-bijian dari tanaman tahunan, yaitu kelapa, cokelat, inti sawit, cohume.
2.1.2.3.  Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekunya, yakni :
a.  Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu (asam laurat) dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah berkreasi/berubah menjadi asam lemak jenis lain.
b.  Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids)
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu (polli-unsaturated), semakin mudah bereaksi/berubah minyak tersebut.
c.   Minyak dengan asam lemak trans (trans fatty acid)
Asam  lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan, margarin, mentega, minyak terhidrogenesis, dan terbentuk dari proses penggorengan.  Lemak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, dan menyebabkan bayi-bayi lahir premature.

2.1.3.    Sifat-sifat Minyak Goreng
Sifat-sifat minyak goreng dibagi ke sifat fisik dan sifat kimia (Ketaren, 2005), yakni:
2.1.3.1. Sifat Fisik
1.    Warna
Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu zat warna alamiah, yaitu secara ilmiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain  dan β karoten (warna kuning), xantofil (warna kuning kecoklatan), klorofil (warna kehijauan) dan antosyanin (warna kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zar warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tak jenuh.
2.    Odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.
3.    Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor olil), dan sedikit larut dalam alcohol, etil, eter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen.
4.    Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperature tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk Kristal.
5.    Titik didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan bertambah panjanganya rantai karbon asam lemak tersebut.
6.    Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak tersebut.
7.    Sliping point, digunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
8.    Shot melting point, yaitu temperature pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak.
9.    Bobot jenis, biayasanya ditentukan pada temperature 250C, dan juga perlu dilakukan pengukuran pada temperature 400C.
10. Titik asap, titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak dipanaskan. Merupakan kriteria mutu yang penting dalam hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng.
11. Titik kekeruhan (turbidity point), ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dengan pelarut lemak.
2.1.3.2. Sifat Kimia
1. Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapat sejumlahnya air dalam minyak tersebut.
2. Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan  mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.
3. Hidrogenesi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak dan minyak.
4. Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap.

2.1.4.    Mutu Minyak Goreng
Tabel. 2.1 Syarat Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI
SATUAN
SYARAT
Keadaan bau, warna dan rasa
-
Normal
Air
% b/b
Maks 0.30
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)
% b/b
Maks 0.30
Bahan Makanan Tambahan
Sesuai SNI. 022-M dan  Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88
Cemaran Logam :

-          Besi (Fe)
-          Tembaga (Cu)
-          Raksa (Hg)
-          Timbal (Pb)
-          Timah (Sn)
-          Seng (Zn)


Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg


Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 40.0
Maks 0.005
Maks 40.0/250.0)*
Arsen (As)
% b/b
Maks 0.1
Angka Peroksida
% mg 02/gr
Maks 1
Sumber : Departemen Perindustrian (SNI 01-3741-1995)
   *) Dalam kemasan kaleng

2.1.5.    Komposisi Minyak Goreng
Semua minyak tersusun atas unit-unit asam lemak. Jumlah asam lemak alami yang telah diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada satupun minyak atau lemak tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk campuran dari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-asam lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat atau membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau mudah tengik.

Tabel 2.2. Komposisi Beberapa Asam Lemak dalam Tiga Minyak Nabati
Asam Lemak
Jumlah
Atom C
Minyak Sawit (%)
Minyak Inti Sawit
Minyak Kelapa (%)
Asam Lemak Jenuh




Oktanoat
8
-
­2-4
8
Dekanoat
10
-
3-7
7
Laurat
12
1
41-55
48
Miristat
14
1-2
14-19
17
Palmitat
16
32-47
6-10
9
Stearat
18
4-10
1-4
2
Asam Lemak Tidak  Jenuh




Oleat
18
38-50
10-20
6
Linoleat
18
5-14
1-5
3
Linilemat
18
1
1-5
-
Sumber : Majalah Sasaran No. 4, 1996
2.1.6.    Faktor-Faktor Pemanasan yang Dapat Menyebabkan Kerusakan Minyak
1.    Lamanya minyak kontak dengan panas
2.    Suhu
3.    Akselerator Oksidasi

1.2.       Minyak Goreng Berulang Kali
1.2.1.   Pengertian Minyak Goreng Berulang Kali
Minyak goreng berulang kali atau lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya  minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya,  minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi  kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. (Wikipedia, 2009)
Dan bila dilihat dari segi bahaya penggunaannya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Artika tahun 2009 menyebutkan bahwa minyak goreng berulang kali supaya tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kandungan asam lemak trans yang mulai mengalami peningkatan pada saat penggunaan yang kedua.
1.2.2.   Akibat Penggunaan Minyak Goreng Berulang-kali
Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari  kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali. Akrolein terbentik dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein.
Skema proses terbentuknya akrolein :
                        H                                                         H
           
            H         C         OH                                          C         O

            H         C         OH                              C         O                     + H2O

            H         C         OH                              H         C

                        H                                                         H
            Minyak Goreng                                       Akrolein               Air
                 (Gliserol)
Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren, 2005). Maka minyak goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastic, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemah jenuh.  Selain itu, minyak goreng ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat  menyebabkan penyakit pada hati (Aprilio, 2010).
Akibat dari penggunaan minyak goreng yang berulang kali dapat dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2007) tentang regenerasi minyak goreng bekas dengan arang sekam menekan kerusakan organ tubuh. Hasil penelitian pada tikus wistar yang diberi pakan mengandung minyak goreng bekas yang sudah tidak layak pakai terjadi kerusakan pada sel hepar (liver), jantung, pembuluh darah maupun ginjal.
Penggunaan minyak goreng jelantah secara berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan dehedrasi dari minyak goreng. Proses tersebut terdapat dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. (Rukmini, 2007)
Menurut Ketaren yang dikutip dari Ayu (2009) tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari udara dari luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak.
Hal ini juga di perjelas memalui penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) tentang pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan asam lemak trans. Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) setelah penggulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan penggunaan minyak.
Menurut Ayu (2007) asam lemak trans dapat meningkatkan kolesterol low density lipoprotein (K-LDL) dan menurunkan kolesterol high density lipoprotein (K-HDL), akibatnya akan menyebabkan displidemia dan arterosklerosis yang ditandai dengan adanya timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah. Timbunan lemak ini akan menyumbat  aliran darah pada beberapa bagian tubuh seperti jantung dan otak. Bila penyumbatan terjai dijantung akan menyebabkan jantung koroner dan bila penyumbatan terjadi di otak akan menyebabkan stroke.
1.3.    Arang Kayu
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu paling banyak digunakan untuk pekerluan memasak seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi. Bahan kayu yang digunakan untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih sehat, dalam hal ini kayu belun membusuk. Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki risiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan. Sebelum Revolusi Industri, arang digunakan sebagai bahan bakar industri metalurgi. Arang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Arang atau kayu dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil dan bus. Di Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943.
1.4.  Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Penelitian
            Penelitian dilakukan mulai tanggal 24 Januari – 05 Maret 2013.
3.2. Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di rumah kami Jl.Pande Besi no.91 Ds. Kedaton, Bojonegoro
3.3. Metode Penelitian
            3.3.1. Jenis Penelitian        : Penelitian Eksperimen
            3.3.2. Alat dan Bahan
1.    Alat :
1)    Sendok plastik
2)    Botol plastik
3)    Panci
4)    Kompor kecil

2.    Bahan :
1)    Jelantah        : ± 100 ml
2)    Arang Kayu   : ± 1 gr
3)    Soda Api        : ± 5 gr
4)    Air                   : ± 100 ml
3.3.3. Prosedur Penelitian
1.    Uji coba penjernihan minyak jelantah dengan arang kayu
1)  Menaruh jelantah kedalam botol
2)  Menghancurkan arang kayu menjadi butiran halus dengan kayu atau palu
3)  Memasukkan butiran halus arang kayu ke dalam botol
4)  Kemudian botol di kocok-kocok dan didiamkan selama ± 5 menit
5)  Saring dengan kain bersih
2.    Uji coba pembuatan sabun cuci piring
1)  Memanaskan ± 100 ml minyak jelantah yang telah di jernihkan
2)  Membuat larutan soda api dalam air dengan melarutkan ± 5 gram soda api dalam ± 100 ml air
3)  Menuangkan larutan soda api dalam minyak panas sambil diaduk
4)  Setelah beberapa saat akan terbentuk gumpalan sabun
5)  Ambil gumpalan tersebut sedikit, lalu kocok-kocok dengan air

3.    Uji coba sabun cuci piring biasa terhadap piring kotor
1)  Siapkan piring kotor
2)  Cuci piring kotor dengan sabun cuci piring biasa
3)  Bilas dengan air bersih
4)  Keringkan piring dan amati piringnya

4.    Uji coba sabun minyak jelantah terhadap piring kotor
1)  Siapkan piring kotor
2)  Cuci piring kotor dengan sabun cuci piring biasa
3)  Bilas dengan air bersih
4)  Keringkan piring dan amati piringnya




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
            Untuk mengetahui efektif atau tidaknya penjernihan minyak jelantah dengan menggunakan arang kayu, kami melakukan pengujian pada tanggal 25 Maret 2013. Kami melakukan perbandingan secara fisik antara minyak goreng yang baru dengan minyak goreng bekas penggorengan atau minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu. Berikut gambarnya:

Gambar 1.1 merupakan gambar minyak goreng yang baru
Gambar 1.2 merupakan gambar minyak bekas penggorengan atau miyak jelantah.

Gambar 1.3 merupakan gambar minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu
Dari gambar-gambar hasil penelitian kami, menyatakan bahwa penjernihan minyak jelantah menggunakan arang kayu sangat efektif dan efisien. Hal ini diebabkan karena arang kayu mengandung salah satu senyawa karbon yang dapat membunuh alfatoksin, zat karsinogenik dalam minyak jelantah. Senyawa karbon yang ada pada arang kayu mampu mengikat senyawa karsinogenik dan alfatoksin pada minyak jelantah dan mampu menghilangkan warna hitam pada minyak jelantah. Selain itu, arang kayu juga bisa digunakan untuk penjernihan air.
            Minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu bisa digunakan lagi karena senyawa karinogenik dan alfatoksin yang ada pada minyak jelantah sudah diikat oleh arang kayu. Tetapi alangkah baiknya jika minyak tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan lain selain digunakan kembali karena alasan kesehatan yang lain. Lebih baik minyak jelantah tersebut digunakan untuk membuat sabun cuci piring.
            Minyak jelantah yang sudah dijernihkan selain dapat digunakan kembali juga dapat digunakan untuk membuat sabun cuci piring. Bahan utama dari pembuatan sabun adalah minyak kelapa dan minyak goreng sawit. Kami akan membuat pengujian yang baru dengan membuat sabun cuci piring dengan berbahan dasar minyak jelantah yang sudah dijernihkan.
            Kami melakukan pembuatan sabun cuci piring pada tanggal 5 April 2013. Dengan menggunakan soda api yang dicampurkan dengan minyak jelantah yang sudah dijernihkan menggunakan arang kayu dan dipanaskan diatas api yang kcil kemudian ditunggu beberapa saat dan akan membentuk gumpalan-gumpalan. Kemudian kami siram menggunakan air secara pelan-pelan. Dan kami berhasil membuat sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah dijernihkan
            Untuk menguji keefektifan sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah dijernihkan. Kami melakukan perbandingan antara sabun cuci piring biasa dan sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah di jernihkan.
1.    Kelompok I : Sabun cuci piring biasa
Sabun cuci piring dilarutkan dalam air, larutan sabun digunakan untuk membersihkan piring yang kotor

Sabun cuci piring dari minyak jelantah yang sudah dijernihkan dilarutkan dalam air, larutan sabun tersebut digunakan untuk mencuci piring yang kotor.
4.2.     Analisis Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan pengamatan kami, minyak jelantah dapat dijernihkan menggunakan arang kayu. Selain dapat digunakan kembali minyak jelantah juga dapat digunakan untuk membuat sabun cuci piring secara efektif dan efisien. Berikut data-data nilai sabun cuci piring secara ekonomis.
a.    Sabun cuci piring biasa harga      : Rp. 6500,00 (per liter)
@ ±100ml                                          : Rp. 650,00

b.    Sabun minyak jelantah                  
1.    Minyak Jelantah ±100 ml         : Rp. 100,00
2.    Arang Kayu ±1 gram                 : Rp.    50,00
3.    Soda Api ±5 gram                      : Rp.    75,00
4.    Bahan Bakar Kompor ±1 ml     : Rp.    15,00
  +
Jumlah Total                              : Rp. 340,00
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa harga sabun minyak jelantah lebih murah dari pada harga sabun cuci biasa. Hal tersebut membuktikan bahwa sabun minyak jelantah lebih efektif dan efisien baik di lihat dari segi pembuatannya maupun segi ekonomisnya. Hasil pencucian piring kotor menggunakan sabun minyak jelantah juga tidak kalah bersih dari sabun cuci biasa.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Minyak jelantah mengandung senyawa karsinogenik dan alfatoksin yang dapat meyebabkan kanker. Selain itu minyak jelantah juga mengandung asam lemak jenuh yang dapat menyebabkan jantung koroner. Minyak jelantah dapat dijernihkan menggunakan arang kayu. Karena arang kayu mengandung senyawa karbon yang dapat mengikat senyawa karsinogenik, alfatoksin, serta zat-zat lain yang berbahaya dapat merusak tubuh manusia.
Minyak jelantah yang sudah dijernihkan dapat digunakan kembali, selain itu  juga bisa digunakan untuk membuat sabun cuci piring. Harga sabun cuci piring minyak jelantah dengan sabun cuci piring biasa lebih ekonomis karena juga bisa dibuat sendiri oleh masyarakat.

5.2 Saran
·         Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan atau ekonominya menengah kebawah. Bisa menjernihkan minyak jelantah menggunakan arang kayu. Agar pengeluaran untuk membeli minyak dapat ditekan dan juga bisa hidup sehat.
·         Sebaiknya masyarakat yang mempunyai kesadaran akan minyak jelantah bisa mengolah kembali minyak jelantah yang sudah tidak dipakai lagi contohnya menjadi sabun cuci piring. Agar sampah akan minyak jelantah tidak menumpuk dan tidak mengotori lingkungan




DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. minyakgoreng.http://id.wikipedia.org/wiki/.23maret2013
Anonim.2012. minyakjelantah.http://id.wikipedia.org/wiki/.23maret2013
Permanasari, Anna dan Bibin Rubini (2008). Kimia Dalam Kehidupan Kita. Penerbit: CV. IPA Abong, Jakarta
Anonim.2012.http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas.23maret2013

3 komentar:

  1. Terima kasih atas post-nya, sangat membantu saya dalam karya ilmiah di sekolah saya.. saya ijin menggunakan karya ilmiah anda sebagai referensi saya.

    BalasHapus
  2. Teori-teorinya saya pakai ya kakk

    BalasHapus
  3. bisa gak arang kayu untuk jernihkan minyak dari bahan mineral

    BalasHapus